Minggu, 20 Februari 2011

Wajah dari Secangkir Kopi Manis

Dari sekian banyak orang yang ngopi di pagi hari, siang ataupun malam, banyak cerita tentang realita hidup sesama peminum kopi terungkapkan. Ada yang menceritakan kebahagiaan dan kesedihan, tetapi mereka selalu tersenyum manis bagaikan secangkir kopi manis dalam hidupnya. Namun, dibalik itu semua ada hal yang tidak dimiliki oleh semua orang, yaitu mereka yang selalu bersama Secangkir Kopi Manis tersenyum manis menerima hidup yang telah diberikan oleh Tuhan, tanpa ada rasa sedikit pun mengeluh.

Seorang teman di Terminal Pulo Gadung bercerita tentang realita hidupnya. Hidup adalah rasa syukur yang terindah baginya, mungkin bagi kita juga.
Tersenyum mendengarnya…
Walaupun hidup sebenarnya dia adalah kernet bus, yang dimana penghasilan hidupnya tidak mencukupi kebutuhan sang istri dan anak, tetapi melihat kegigihan dan ketekunan menjalani hidup serta rasa syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan kehidupan. Membuat rasa untuk tersenyum seperti Secangkir Kopi Manis tetap ada dalam dirinya.

Memang banyak orang yang mempunyai segalanya, tetapi ia tak bisa tersenyum manis seperti seorang kernet bus yang tulus dan ikhlas menjalani hidupnya.
Hanya sebuah rasa syukur yang membuat semua orang merasa cukup dan bahagia melawan realita yang telah terjadi. Namun ada halnya perasaan syukur diikuti oleh sikap yang gigih berjuang dan tak pernah menyerah melawan tantangan hidup.

Secangkir Kopi Manis dengan cangkir yang cantik, bukan dengan cangkir yang mahal ataupun mewah, tetapi Secangkir Kopi Manis dengan “Cangkir Syukur”. Dimana selalu berterima kasih kepada Tuhan yang selalu memberikan kehidupan kita dengan warna-warna yang indah.

Wajah yang cantik dan tampan adalah wajah yang selalu tersenyum dan bersyukur menerima semua pemberian Tuhan.


“Tuhan berikanlah Secangkir Kopi Manis
yang indah dan setia menemani hidup ini”.
Amin.

St.Pulo Gadung
20 Juni 2010’ 22 : 43





Tidak ada komentar:

Posting Komentar